Karakteristik Air
Karakteristik
Air
2.2.1 a. Karakteristik Air
Berdasarkan Parameter Fisik
Karakteristik air berdasarkan parameter fisik
terdiri dari:
A. Suhu
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian
dari permukaan laut (altitude), waktu, sirkulasi udara, penutupan
awan, aliran, serta kedalaman. Perubahan suhu mempengaruhi proses fisika, kimia,
dan biologi badan air. Suhu berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan.
Peningkatan
suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi,
volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air (gas O2,
CO2, N2, CH4, dan sebagainya). Peningkatan suhu juga
menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba.
(Haslam,
1995 dalam Effendi, 2003).
B. Warna
Warna air sebenarnya terdiri dari warna asli dan warna tampak. Warna asli
atau true color adalah warna yang
disebabkan oleh substansi terlarut . Warna pada air dilaboratorium diukur
berdasarkan warna standar yang telah dktehui konsentrasinya. Intensitas warna
ini dapat diukur dengan satuan unit standar yang dihasilkan oleh dua mg/l
platina. Standar yang ditetapkan di Indonesia besarnya maksimal lima unit
(Sutrisno,
2004).
C.Bau dan Rasa
Bau dan rasa pada air minum akan mengurangi penerimaan
penduduk terhadap air tersebut. Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama.
Timbulnya rasa pada air minum berkaitan erat dengan bau pada air minum.
Pengukuran rasa dan bau tergantung pada reaksi individual sehingga hasil yang
dilaporkan tidak mutlak. Standar persyaratan air minum yang menyangkut bau dan
rasa yang menyatakan bahwa dalam air minum tidak boleh terdapat bau dan rasa
yang tidak diinginkan
(Sutrisno, 2004).
E. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu larutan yang
menyebabkan cahaya yang melaluinya terabsorbsi dan terbias dihitung dalam
satuan mg/l SiO2, unit kekeruhan nephelometri (UKN). Air akan
dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan
yang tersuspensi, sehingga memberikan wana atau rupa yang berlumpur atau kotor
(Sutrisno, 2004).
b. Karakteristik
Air Berdasarkan Parameter Kimia
A.
Derajat keasamaan (pH)
pH
merupakan istilah yang digunakan
untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. Stadar
kualitas air minum dalam pH ini yaitu bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan
leih besar dari 9,2 (Sutrisno, 2004).
B.
Calcium
Calcium
merupakan sebagian dari komponen yang menyebabkan kesadahan. Efek yang
ditimbulkan oleh kesadahan antara lain: timbulnya lapisan kerak pada ketel-ketel
pemanas air, pada perpipaan serta menimbulkan efektifitas dari kerja sabun,
dimana telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Indonesia sebesar 75 – 200
mg/l . Konsentrasi Ca dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat
menyebabkan tulang rapuh sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg l
dapat menyebabkan korosi pada pipa air (Sutrisno, 2004).
C. Zat Organik
Bahan – bahan zat organik yang
berada di dalam air erat hubungannya dengan terjadinya perubahan fisika air, terutama
dengan warna, bau, rasa dan kekeruhan yang tidak diinginkan. Standar kandungan
bahan organik dalam air minum sesuai Departemen Kesehatan Indonesia maksimal
yang diperbolehkan adalah 10 mg. Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat
ditimbulkan penyimpangan terhadap standar ini yaitu timbulnya bau yang tidak
sedap pada air minum (Sutrisno, 2004).
D. Besi (Fe)
Unsur besi yang berada di dalam air
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan unsur tersebut. Zat besi
merupakan suatu unsur yang penting dan berguna unutk metabolisme tubuh, dimana
tubuh memerlukan (7-35) mg/hari yang tidak hanya diperoleh dalam air.
Konsentrasi unsur ini dalam air yang melebihi 2 mg/l akan menimbulkan noda-noda
pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih
(Sutrisno,
2004).
E. Tembaga
(Cu)
Tembaga merupakan salah satu unsur yang paling
berguna unutk metabolisme. Konsebtrasi 1 mg/l merupakan batas konsentrasi
tertinggi tembaga untuk mencegah rasa yang tidak baik. Konsentrasi standar
maksimum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Indonesia untuk Cu ini
sebesar 0,05 mg/l untuk batas mminimum yang dianjurkan dan sebesar 1,5 mg/l
sebagai batas maksimal yang diperbolehkan. (Sutrisno, 2004).
2.3
Karakteristik Air Minum
Air minum adalah air yang digunakan
untuk konsumsi manusia.
Menurut departemen kesehatan,
syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau,
tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya dan tidak mengandung
logam berat. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
Air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia tetapi masih terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri
(misalnya escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100°C. Saat ini terdapat krisis air minum di berbagai negara berkembang
di dunia akibat jumlah penduduk yang terlalu banyak dan pencemaran air.
Dari Tabel 1 dapat dilihat
persyaratan air minum menurut Standar Nasional Indonesia (SNI),
dimana standar ini merupakan revisi yang ketiga dengan perubahan pada persyaratan mutu air
minum dalam kemasan yang meliputi dua kategori yaitu, air mineral dan air
demineral. Maksud dan tujuan penyusunan standar ini adalah sebagai acuan
sehingga air minum dalam kemasan yang beredar dipasaran dapat terjamin mutu dan
kemasannya.
Tabel 1
Persyaratan mutu air minum dalam kemasan sesuai syarat mutu SNI 01-3553-2006
Nomor
|
Kriteria
Uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
|
Air
Mineral
|
Air
Demineral
|
|||
1.
1.1
1.2
1.3
|
Keadaan
Bau
Rasa
Warna
|
Unit Pt-Co
|
Tidak berbau
Normal
Maks 5
|
|
2.
|
Ph
|
-
|
6,0 – 8,5
|
5,0 – 7,5
|
3.
|
Kekeruhan
|
NTU
|
maks. 1,5
|
maks. 1,5
|
4.
|
Zat yang terlarut
|
mg/l
|
maks. 500
|
maks. 10
|
5.
|
Zat organik (angka KmnO4 )
|
mg/l
|
maks. 1,0
|
-
|
6.
|
Total organik karbon
|
mg/l
|
-
|
maks. 0,5
|
7.
|
Nitrat (sebagai NO3)
|
mg/l
|
maks. 45
|
-
|
8.
|
Nitrit (sebagai NO2 )
|
mg/l
|
maks. 0,005
|
-
|
9.
|
Amonium (NH4)
|
mg/l
|
maks. 0,15
|
-
|
10.
|
Sulfat (SO4)
|
mg/l
|
maks. 200
|
-
|
11.
|
Klorida (Cl)
|
mg/l
|
maks. 250
|
-
|
12.
|
Fluorida ( F )
|
mg/l
|
maks. 1
|
-
|
13.
|
Sianida (CN)
|
mg/l
|
maks. 0,05
|
-
|
14.
|
Besi (Fe)
|
mg/l
|
maks. 0,1
|
-
|
15.
|
Mangan (Mn)
|
mg/l
|
maks. 0,05
|
-
|
16.
|
Klor bebas (Cl2)
|
mg/l
|
maks. 0,1
|
-
|
17.
|
Kromium (Cr )
|
mg/l
|
maks. 0,05
|
-
|
18.
|
Barium (Ba)
|
mg/l
|
maks. 0,7
|
-
|
19.
|
Boron (B)
|
mg/l
|
maks. 0,3
|
-
|
20.
|
Selenium (Se)
|
mg/l
|
maks. 0,01
|
-
|
21.
21.1
21.2
21.3
21.4
21.5
21.6
|
Cemaran Logam
Timbal
(Pb)
Tembaga
(Cu)
Kadmium
(Cd)
Raksa
(Hg)
Perak
(Ag)
Kobalt
(Co)
|
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
|
maks.0,005
maks
0,5
maks
0,003
maks
0,001
-
-
|
maks. 0,005
maks
0,5
maks
0,003
maks
0,001
maks
0,025
maks
0,01
|
|
Cemaran arsen
|
mg/l
|
maks. 0,01
|
maks. 0,01
|
|
Cemaran mikroba :
Angka lempeng total awal di
pabrik
Angka lempeng total akhir
di pasaran
Bakteri
bentuk koli
Salmonella
Pseudomonas aeruginosa
|
Koloni/ml
Koloni/ml
APM/10ml
-
Koloni/ml
|
maks. 1,0 x
102
maks. 1,0 x
105
< 2
Negatif/100ml
Nol
|
maks. 1,0 x 102
maks. 1,0 x 105
< 2
Negatif/100ml
Nol
|
Sumber: Badan
Standarisasi Nasional
0 Comments