Boiler dan Jenis-Jenis Boiler
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Uap air
merupakan gas yang timbul akibat perubahan fase air menjadi uap dengan cara
pendidihan (boiling). Untuk melakukan proses pendidihan diperlukan energi panas
yang diperoleh dari sumber panas, misalnya dari pembakaran bahan bakar (padat,
cair, gas), tenaga listrik dan gas panas sebagai sisa proses kimia serta tenaga
nuklir.
Boiler menghasilkan uap dan uap yang dihasilkan ini dapat
dugunakan untuk membangkitkn listrik, menggerkkan turbin dan sebagianya. Pada dasarnya boiler adalah suatu wadah
yang berfungsi sebagai pemanas air dalam suatu industri proses. Panas
pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Steam pada
tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses.
Jika air didihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat sekitar 1600
kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak,
sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dengan baik. Bahan
bakar yang digunakan untuk memanaskan boiler bisa berupa gas, minyak dan batu
bara.
Energi kalor
yang dibangkitkan dalam sistem boiler memiliki nilai tekanan, temperatur, dan
laju aliran yang menentukan pemanfaatan steam yang akan
digunakan. Berdasarkan ketiga hal tersebut sistem boiler mengenal keadaan
tekanan-temperatur rendah (low pressure/LP), dan tekanan-temperatur tinggi
(high pressure/HP), dengan perbedaan itu pemanfaatan steam yang keluar dari
sistem boiler dimanfaatkan dalam suatu proses untuk memanasakan cairan dan
menjalankan suatu mesin (commercial and industrial boilers), atau
membangkitkan energi listrik dengan merubah energi kalor menjadi energi mekanik
kemudian memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik (power
boilers). Namun, ada juga yang menggabungkan kedua sistem boiler tersebut, yang
memanfaatkan tekanan-temperatur tinggi untuk membangkitkan energi listrik,
kemudian sisa steam dari turbin dengan keadaan tekanan-temperatur rendah dapat
dimanfaatkan ke dalam proses industri dengan bantuan heat recovery boiler.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
a. Bagaimana
sistem kerja boiler?
b. Apa saja
bagian-bagian utama penyusun boiler?
c. Apa saja
klasifikasi boiler?
d. Parameter apa
saja yang harus diperhatikan dalam pengoperasian boiler?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulis
menulis makalah ini yaitu :
a. Menjelaskan
sistem kerja boiler.
b. Menjelaskan
bagian-bagian utama penyusun boiler.
c. Menjelaskan
klasifilasi boiler.
d. Menjelaskan parameter
yang harus diperhatikan dalam pengoperasian boiler
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Boiler
Boiler merupakan
suatu peralatan yang digunakan untuk menghasilkan steam
(uap) dalam berbagai keperluan. Air di
dalam boiler dipanaskan oleh panas dari hasil pembakaran bahan bakar (sumber
panas lainnya), sehingga terjadi perpindahan panas dari sumber panas tersebut
ke air yang mengakibatkan air tersebut menjadi panas atau berubah wujud menjadi
uap. Air yang lebih panas memiliki berat jenis yang lebih rendah dibanding
dengan air yang lebih dingin, sehingga terjadi perubahan berat jenis air di
dalam boiler. Air yang memiliki berat jenis yang lebih kecil akan naik, dan
sebaliknya air yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi akan turun ke dasar.
(Djokosetyardjo,,M.J.1990).
2.2 Sistem Boiler
Sistem boiler terdiri dari:
2.2.1 Sistem
Air Umpan
Sistem air umpan
menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam.
Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan.
2.2.2 Sistem
Steam
Sistem steam
mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan
melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan
steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Air
yang disuplai ke boiler untuk diubah menjadi steam disebut air umpan. Ada dua
sumber air umpan:
1. Kondensat atau steam yang mengembun
yang mengembun ke proses.
2. Air make up (air baku yang sudah
diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang boiler ke plant proses.
2.2.3 Sistem
Bahan Bakar
Sistem bahan
bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk
menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan
bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.
2.3 Prinsip Kerja Boiler
Boiler
atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk mengubah
air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan memanaskan air
yang berada didalam pipa-pipa dengan memanfaatkan panas dari hasil pembakaran
bahan bakar. Pembakaran dilakukan secara kontinyu didalam ruang bakar dengan
mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar. Uap yang dihasilkan boiler adalah
uap superheat dengan tekanan dan temperatur yang tinggi.
Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan pemindah panas, laju aliran,
dan panas pembakaran yang diberikan.
2.4 Bagian-Bagian Utama Penyusun Boiler
Adapun bagian
utama yang menyusun Boiler adalah sebagai berikut :
1. Economizer
Berfungsi untuk
memanaskan air setelah melewati High Pressure Heater.
Pemanasan dilakukan dengan memanfaatkan panas dari flue gas yang
merupakan sisa dari pembakaran dalam furnace.
Temperatur air
yang keluar dari Economizer harus dibawah temperatur jenuhnya
untuk mencegah terjadinya boiling dalam Economizer.
Karena perpindahan panas yang terjadi dalam Economize rmerupakan
konveksi, maka menaikkan luas permukaan akan mempermudah perpindahan panas ke
air.Inilah sebabnya mengapa desain pipa Economizer dibuat
bertingkat .
2. Superheater
Berfungsi untuk
memanaskan uap dari Steam Drum menjadi uap panas
lanjut (main steam). Main
steam digunakan untuk melakukan kerja dengan ekspansi dalam turbin.
Superheater memiliki
lima bagian utama, yaitu :
1. Superheater (SH) Vertical Platens
2. SH Division Panel
3. Low Temperature SH Pendant
4. Low Temperature SH Horizontal
5. Back Pass and Roof
3. Reheater
Berfungsi untuk
memanaskan kembali uap yang telah mengalami ekspansi dalam turbin.Uap keluaran
turbin berupa cold steam sehingga perlu dipanaskan kembali dan
dimasukkan kembali ke dalam Boiler .
4. Main Steam Drum
Fungsi utamanya
adalah untuk memisahkan uap dari campuran air dan uap yang masuk ke steam
drum .Selain itu juga berfungsi untuk mendistribusikan feed water,membuang
kontaminan dari air boiler , menambahkan bahan kimia, dan mengeringkan uap
setelah dipisahkan dari air. Uap berada pada bagian atas bejana dan air
berada pada bagian bawah. Air dari Steam Drum disalurkan
ke Evaporator dengan cara dipompa oleh BWCP.
Uap dan air
dalam steam drum dipisahkan dengan tiga tahap,primary , secondary dan drying
. Tahap primary dan secondary dilakukan oleh turbo separator dan plat
yang berombak – ombak melakukan tahap drying.Fungsi utama dari alat pemisah ini
adalah untuk memindahkan uap dari air boiler dan untuk mengurangi campuran
yang terdapat dalam uap sebelum meninggalkan steam drum
5. Down Comer
Merupakan
saluran air dari Steam Drum ke Header(Pengaman)
yang berada di bawah ruang bakar dimana dari header butir –
butir air panas akan dipanaskan melalui pipa – pipa yang tersusun di
dinding furnace.Pada Down Comer bagian bawah
terdapat suatu pompa yang disebut dengan Boiler Water Circulating Pump (BWCP)
yang digunakan untuk mengatur sirkulasi air yang akan dipanaskan atau diuapkan.
6. Furnace
Merupakan ruang bakar yang pada dindingnya tersusun pipa
– pipa.
7. Blow Down
Untuk mengontrol kualitas air serta mengurangi kandungan
zat padat (Silika) dalam air sehingga tidak terbentuk kerak hangus pada furnace.
Alat ini akan bekerja secara otomatis saat sensor menunjukkan kandungan
silika dalam air melebihi standar. Ia akan membuang sebagian kecil air dari drum
( 1 % sampai 2 % dari tingkat penguapannya).
2.5 Klasifikasi Boiler
Boiler pada
dasarnya terdiri dari lumbung (drum) yan tertutup pada ujung pangkalnya dan
dalam perkembangannya dilengkapi dengan pipa api maupun pipa air. Banyak orang
mengklsifikasikan boiler tergantung pada sudut pandang masing-masing. Pada makalah ini boiler diklasifikasikan
dalam kelas yaitu :
2.5.1 Berdasarkan
fluida yang mengalir dalam pipa
Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa, maka boiler
dikalsifikasikan sebagai :
a. Boiler
pipa api (fire tube boiler)
Pada boiler pipa
api, fluida yang mengalir di dalam pia-pira (tube) adalah gas panas (hasil
pembakaran) yang membawa energi panas, yang segera mentransfernya ke air ketel
melalui bidang pemanas. Tujuan pipa-pipa api ini adalah untuk memudahkan
distribusi panas kepada air ketel.
Pada ketel pipa api,
gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan ketel ada di dalam shell
untuk dirubah menjadi steam. Ketel pipa api biadanya digunakan untuk kapasitas
steam sampai 14.000 kg/jam dengan tekanan 18 kg/cm2. Ketel pipa api dapat
menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bkar padat dalam
operasinya.
b. Boiler
pipa air (water tube boiler)
Pada boiler pipa
air, fluida yang mengalir dalam pipa adalah air, energi panas yang ditransfer
berasal dari luar pipa (yaitu berasal dari ruang dapur/furnace) ke air ketel.
Pada ketel
pipa air, air diumpankan boiler melalui pipa-pipa masuk kedalam drum. Air yang
tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakaran membentuk steam pad daerah uapdalam
drum. Ketel ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi
seperti pada kasus ketel untuk pembangkit tenaga. Ketel yang modern
dirancang dengan kapasitas steam antar 4.500 – 12.000 ton/jam,
dengan tekanan sangat tingi. Banyak ketel pipa air yang dikontruksikan secara
paket jika digunankan bahan bakar minyak bakar dan gas.
2.5.2 Berdasarkan
pemakaiannya
Berdasarkan pemakaiannya, boiler dapat diklasifikasikan
sebagai :
a. Ketel
stasioner (stationer boiler) atau boiler tetap.
Yang termasuk stasioner ialah boiler-boiler yang
didudukan pada pondasi tetap seperti boiler untuk pembangkit tenaga listrik, untuk industri dan
sebagainya.
b. Boiler
mobile atau disebut juga boiler portable.
Yang termasuk
ketel mobil adalah ketel yang dipasang pada pondasi yang berpindah-pindah
(mobil ), seperti boiler lokomotif, loko mobile dan ketel panjang serta lain
yan sepertinya termasuk ketel kapal ( marine boiler ).
2.5.3 Berdasarkan
letak dapur (furnace position)
Berdasarkan letak dapur (furnace position), boiler
diklasifikasikan sebagai berikut
:
a. Boiler dengan
pembakaran di dalam (internal fired steam bolier)
Dalam hal ini
dapur berada (pembakaran
terjadi) di bagian dalam boiler. Kebanyakan boiler pipa api memakai sistem
ini.
b. Boiler dengan
pembakaran di luar (outernallyfired steam boiler)
Dalam hal ini
dapur berada (pembakaran terjadi) di bagian luar boiler, kebanyakan boiler pipa
air menggunakan sistem ini.
2.5.4 Menurut
jumlah lorong (boiler tube)
Menurut
jumlah lorong (boiler tube), boiler diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Boiler dengan
lorong tunggal (single tube steam boiler).
Pada single tube
steam boiler, hanya terdapat satu lorong saja, apakah itu lorong api atau
saluran air saja. Cornish boiler adalah single fire tube boiler dan simple
vertical boiler adalah single water tube boiler.
b. Boiler dengan
loron ganda (multi tubuler steam boiler).
Multi fire tube
boiler misalnya boiler scotch dan multi water tube boiler misalnya boiler B dan
W dan lain-lain.
2.5.5 Menurut
sistem peredaran air boiler
Menurut sistem peredaran air, boiler diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Boiler dengan
peredaran secara natural.
Pada boiler dengan perdaran secara natural air dalam
boiler beredar/bersirkulasi secara alami, yaitu air yang ringan naik sedang air
yang berat turun, sehingga terjadilah aliran konveksi alami. Umumnya Boiler
beroperasi secara alami seperti boiler Lancarshire, Babcock & Wilcox
dan lain-lain.
b. Boiler dengan
peredaran paksa
Pada boiler dengan sirkulasi paksa, aliran paksa
diperoleh dari sebuah pompa centrifugal yang digerakkan dengan elektrik motor.
Sistem aliran paksa biasanya dipakai pada boiler bertekanan tinggi.
2.6 Parameter yang Harus
Diperhatikan dalam Pengoperasian Boiler
Dalam
pengoperasian boiler,ada beberapa parameter yang harus diperhatikan yaitu :
2.6.1 Aliran
uap (Steam Flow )
Yaitu banyaknya
uap yang harus dihasilkan boiler pada tingkat pengoperasian
tertentu. Pengoperasian pada MCR (Maximum
Continous Rating) merupakan pengoperasian boiler pada tingkat aliran
uap maksimum yang bisa dijalankan secara berkelanjutan.Jika melebihi tingkat
ini bisa merusak peralatan ataupun meningkatkan biaya perawatan.
Control Load untuk beban penuh aliran uap
sekitar 48% dan sekitar 47 % untuk aliran uap pada tingkat MCR. Control load
merupakan titik dimana suhu uap utama maupun uap pemanasan ulang telah mencapai
titik desain kerjanya ( kondisi stabil ).
2.6.2 Tekanan
Boiler
Untuk mendapatkan
energi yang sesuai dengan kebutuhan turbin agar dapt
menggerakkan generator,maka tekanan uap
panas kering yang dihasilkan pun harus sesuai dengan kebutuhan beban.Dalam hal
ini ,tekanan uap dapat diatur melalui reheater dan superheater.
2.6.3 Temperatur
Uap
Dalam proses
konversi wujud dari cair menjadi uap,air perlu dipanaskan dalam
furnace.Panas yang dihasilkan dari proses
pembakaran dalam furnace tersebut juga harus diperhatikan agar suhu uap yang
dihasilkan memenuhi standar yang ditentukan.Karena jika suhu uap kurang maka
efisiensi akan turun tapi jika terlalu tinggi akan berpengaruh pada gas
buangnya.
2.6.4 Efisiensi
Boiler
Untuk melihat
apakah desain suatu boiler telah tepat ditentukan oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi,diantaranya
kegunaan unit boiler itu sendiri yaitu apakah uap yang harus dihasilkan konstan
atau bervariasi sesuai kebutuhan generator pembangkit listrik. Selanjutnya yang
menentukan juga adalah jenis dan kualitas bahan bakar yang akan dibakar : apakah
padat,cair atau gas.Seberapa banyak uap harus dihasilkan tiap jamnya apakah
ratusan atau bahkan jutaan pon tiap jamnya juga perlu dipertimbangkan dalam
desain.
Pembentukan uap yang dipengaruhi penyerapan panas harus
memenuhi setidaknya komponen berikut ini :
- Tekanan kerja tiap bagian dari
boiler,hal ini penting untuk distribusi dan pemenuhan kebutuhan sistem dalam
proses pengubahan air menjadi uap.
- Struktur power plant yang tepat untuk
tipe proses pembakaran yang dipilih.
- Ukuran yang tepat dan pengaturan
permukaan perpindahan panas untuk penyerapan panas saat
proses
pembakaran.
-Perlengkapan yang dibutuhkan selama
proses .Alat untuk memasukkan udara, bahan bakar dan mengalirkan air.Piranti
untuk memindahkan hasil pembakaran dan sistem pengendalian proses.
Permukaan penyerapam panas boiler dirancang untuk
efisiensi dan biaya yang optimum agar empat tujuan dasar boiler tercapai
yaitu :
a. Uap kering yang dihasilkan memilki
tingkat kemurnian yang tinggi dalam keadaan apapun.
b. Pemanasan super terhadap uap kering
sementara menjaga suhu tidak melebihi dari kondisi operasional boiler.
c. Pemanasan ulang
terhadap uap yang tekanannya turun untuk digunakan kembali oleh turbin
sementara menjaga suhu tidak melebihi dari kondisi operasional boiler.
d. Mengurangi suhu gas buang untuk
meminimalkan rugi-rugi panas , mengendalikan korosi dan menghasilkan emisi yang
tidak melebihi ketentuan.
Efisiensi termal adalah indikator seberapa baik kemampuan
input panas boiler untuk menghasilkan uap pada suhu dan tekanan yang
diminta. Adanya prinsip ekonomi dan biaya bahan bakar membuat
powerplant harus beroperasi seefisien mungkin. Unit 5 dan 6 didesain dengan
efisiensi 92,5 – 93,5 % tergantung kondisi operasional boiler ,pada MCR ,normal
full load atau pada control load conditions. Untuk
membandingkan performance boiler pada kondisi sekarang dengan kondisi desain
awal nya ada tiga parameter yang bisa diperiksa.
a. Fuel analysis
Analisa ini
dilakukan untuk mengatuhi kandungan oksigen ,hidrogen dan karbon yang terdapat
dalam bahan bakar yang digunakan.Karena kualitas bahan bakar dulu dengan
sekarang bisa sangat berbeda.Perbedaan ini berpengaruh terhadap kebutuhan udara
dan panas yang dilepaskan di ruang bakar ,begitu juga dengan massa aliran gas
buang yang meninggalkan ruang bakar.
b. Feedwater
temperature
Perubahan
suhu air yang masuk ke boiler menentukan tingkat pembakaran yang diperlukan di
furnace ,lebih lanjut akan mempengaruhi panas yang dihasilkan dan banyaknya
massa aliran.
c. Excess Air
Banyaknya
udara yang masuk ruang bakar berpengaruh terhadap jumlah panas yang dibawa dari
furnace ( dry gas loss ) , banyaknya udara yang keluar
merupakan faktor penting untuk menghitung efisiensi boiler.
2.7 Masalah – Masalah Pada
Boiler
Suatu boiler
atau pembangkit uap yang dioperasikan tanpa kondisi air
yang baik , cepat atau lambat akan
menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kinerja dan kualitas dari
sistem pembangkit uap. Banyak masalah-masalah yang ditimbulkan akibat dari
kurangnya penanganan dan perhatian khusus terhadap penggunaan air umpan boiler.
Akibat dari
kurangnya penanganan terhadap air umpan boiler akan menimbulkan masalah-masalah
sebagai berikut :
a. Pembentukan kerak
Terbentuk kerak
pada dinding boiler terjadi akibat adanya mineral-mineral
pembentukan kerak, misalnya ion-ion
kesadahan seperti Ca2+ dan Mg2+ dan akibat pengaruh gas penguapan. Diamping itu
pula dapat disebabkan oleh mekanisme pemekatan didalam boiler karena adanya
pemanasan. Jenis-jenis kerak yang umum dalam boiler adalah kalsium sulfat,
senyawa silikat dan karbonat. Zat-zat dapat membentuk kerak yang keras dan
padat sehingga bila lama penanganannya akan sulit sekali untuk dihilangkan.
Silika diendapkan bersama dengan kalsium dan magnesium sehingga membuat kerak
semakin keras dan semakin sulit untuk dihilangkan. (Gaffert,Gustaf A. 1974 ).
Kerak yang
menyelimuti permukaan boiler berpengaruh terhadap perpindahan panas permukaan
dan menunjukkan dua akibat utama yaitu berkurangnya panas yang dipindahkan dari
dapur ke air yang mengakibatkan meningkatkan temperatur disekitar dapur, dan
menurunnya efisiensi boiler.
Untuk mengurangi terjadinya pembentukan
kerak pada boiler dapat dilakukan pencegahan-pencegahan sebagai berikut :
- Mengurangi jumlah mineral dengan unit
softener
- Melakukan blowdown secara
teratur jumlahnya
- Memberikan bahan kimia anti kerak
b. Peristiwa
Korosi
Korosi dapat
disebabkan oleh oksigen dan karbon dioksida yang terdapat
dalam uap yang terkondensasi. Korosi
merupakan peristiwa logam kembali kebentuk asalnya di alam misalnya besi
menjadi oksida besi, alumunium dan lain-lain. Peristiwa korosi dapat terjadi
disebabkan oleh :
- Gas-gas yang bersifat korosif seperti
O2, CO2, H2S
- Kerak dan deposit
- Perbedaan logam ( korosi galvanis )
- pH yang terlalu rendah dan lain-lain
Jenis korosi
yang dijumpai pada boiler dan sistem uap adalah general corrosion,
pitting ( terbentuknya lubang ) dan embrittlement (
peretakan baja ). Adanya gas yang terlarut, oksigen dan karbon dioksida pada
air umpan boiler adalah penyebab utama general corrosion dan pitting
corrosion ( tipe oksigen elektro kimia dan diffrensial ). Kelarutan
gas-gas ini di dalam air umpan boiler menurun jika suhu naik. Kebanyakan
oksigen akan memisah pada ruang uap, tetapi sejumlah kecil residu akan
tertinggal dalam larutan atau terperangkap pada kantong-kantong atau dibawah
deposit, hal ini dapat menyebabkan korosi pada logam-logam boiler. Karena itu
penting untuk melakukan proses deoksigenasi air boiler.
Untuk mengurangi terjadinya peristiwa
korosi dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :
- Mengurangi gas-gas yang bersifat korosif
- Mencegah terbentuknya kerak dan deposit
dalam boiler
- Mencegah korosi galvanis
- Menggunakan zat yang dapat menghambat
peristiwa korosif
- Mengatur pH dan alkalinitas air boiler
dan lain-lain
c. Peristiwa Pembentukan Deposit
Deposit
merupakan peristiwa penggumpalan zat dalam air umpan boiler yang disebabkan
oleh adanya zat padat tersuspensi misalnya oksida besi, oksida tembaga dan
lain-lain. Peristiwa ini dapat juga disebabkan oleh kontaminsi uap dari produk
hasil proses produksi. Sumber deposit didalam air seperti garam-garam yang
terlarut dan zat-zat yang tersuspensi didalam air umpan boiler. Pemanasan dan
dengan adanya zat tersuspensi dalam air pada boiler menyebabkan mengendapnya
sejumlah muatan yang menurunkan daya kelarutan , jika temperaturnya dinaikkan.
Hal ini menjelaskan mengapa kerak dan sludge (lumpur)
terbentuk. Kerak merupakan bentuk deposit-deposit yang tetap berada pada
permukaan boiler sedangkan sludge merupakan bentuk
deposit-deposit yang tidak menetap atau deposit lunak. ( Milton, J.H. 1990 )
Pencegahan –
pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya peristiwa deposit
dapat dilakukan diantaranya :
- Meminimalisasi masuknya mineral-mineral
yang dapat menyebabkan deposit seperti oksida besi, oksida tembaga dan lain –
lain
- Mencegah korosi pada sistem kondensat
dengan proses netralisasi ( mengatur pH 8,2 – 9,2 ) dapat juga dilakukan dengan
mencegah terjadinya kebocoran udara pada sistem kondensat.
- Mencegah kontaminasi uap selanjutnya
menggunakan bahan kimia untuk mendispersikan mineral-mineral penyebab deposit.
d. d. Kontaminasi
Uap
Ketika air boiler mengandung garam
terlarut dan zat tersuspensi dengan
konsentrasi yang tinggi, ada kecendrungan
baginya untuk membentuk busa secara berlebihan sehingga dapat menyebabkan steam
carryover zat-zat padat dan cairan pengotor kedalam uap.
Steam
carryover terjadi
jika mineral-mineral dari boiler ikut keluar bersama dengan uap ke alat-alat
seperti superheater, turbin, dan lain-lain. Kontaminasi-kontaminasi ini dapat
diendapkan kembali pada sistem uap atau zat-zat itu akan mengontaminasi proses
atau material-material yang diperlukan steam. ( Naibaho, P.M. 1996 ).
Steam
carryover dapat
dihindari dengan menahan zat-zat padat terlarut pada air boiler dibawah tingkat
tertentu melalui suatu analisa sistematis dan kontrol pada pemberian zat-zat
kimia dan blowdown. Carryover karbon dioksida dapat
mengembalikan uap dan asam-asam terkondensasi.
0 Comments